Tim Kerja Pembina OSISKA MNPK menyelenggarakan Training of Trainers untuk Pembina OSISKA dari seluruh Indonesia pada 11 – 14 Januari 2020.
Kegiatan yang berlangsung di Grand Cempaka Hotel, Bogor itu mengangkat tema “Dengan TOT Pembina OSISKA dan Kepala Sekolah/Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Kita Wujudkan Peradaban Kasih di Sekolah Katolik.”
Kegiatan ini dihadiri oleh 120 peserta dari 14 MPK.
TOT ini berlangsung dalam suasana penuh keakraban dan kasih persaudaraan, yang diawali Misa Hari Raya Pembaptisan Tuhan Yesus oleh Romo Y.A.M Fridho Mulya SCJ, MM, Anggota Presidium MNPK yang membidangi kaderisasi.
Pada tahap awal TOT, sebagian besar waktu diberikan kepada para peserta untuk saling berbagi pengalaman dan menceritakan kondisi masing-masing sekolah dalam menjalankan tugas sebagai Pembina OSISKA.
Ada banyak hal yang bisa dipetik dari sharing ini, namun pada intinya tampak bahwa setiap peserta mengakui masih perlunya pembekalan untuk mendukung kemampuan dalam membina para siswa di sekolah masing-masing.
Rangkaian kegiatan didampingi oleh tim dari Frans Liem & Associates. Materi yang diberikan antara lain dimulai dengan Motivasi Awal, di mana peserta diajak untuk menyadari pentingnya peran pembina OSIS memiliki motivasi yang unggul dan memahami hakekat seorang pemimpin.
Mereka diharapkan mampu menerapkan prinsip hormat kepada pencipta, wajah gembira, berani berkorban, memberi mormat (tunduk) dan tidak sombong.
Peserta juga diajak untuk memiliki moto yang harus melekat pada dirinya serta mampu menghadapi berbagai situasi dengan wajah berseri, gembira dan pantang mengeluh.
Sementara dalam sesi Gerakan Sel Kepemimpinan, setiap Pembina OSISKA belajar bagaimana menggerakkan semangat dalam kelompok agar konsisten dan memiliki daya juang yang tangguh.
Mereka diajak menjadi pemimimpin sejati dengan bercermin pada spirit Gembala yang Baik, yang mengenal domba-dombanya, menjadi model yang layak diikuti, melayani dengan penuh kasih, menuntun yang lemah dan mencari yang hilang.
Frans Liem menekankan bahwa “Pembina OSIS adalah gembala bagi Pengurus OSIS dan seluruh anggota OSIS.”
Gerakan Sel Kepemimpinan, tegasnya, adalah gerakan pikiran, hati, mata, wajah, tangan dan kaki. “Dari semua itu kasihlah yang menjadi dasar kepemimpinan seorang gembala sejati,” tegas Frans.
Berikutnya adalah materi terkait Kepemimpinan Proaktif (Pedoman Kepemimpinan). Ia menekankan bahwa integritas adalah dasar kepemimpinan pembina OSIS agar mampu memberikan pengaruh besar dalam pembinaan.
Kepemimpinan yang proaktif adalah pemimpin yang memiliki pedoman-pedoman kepemimpinan, yakni satu berbicara yang lain mendengarkan; semua guru semua murid; peduli pada orang lain dan orang miskin; kritis, aktif, kreatif, bertanggung jawab; sederhana, jujur dan rendah hati; tidak mau ada yang tidak beres; dan saling meminjamkan kekuatan.
“Belajar proaktif merupakan titik proaktivitas pribadi yaitu tanggung jawab yang dijalankan secara mandiri tanpa paksaan, berani memulai dan tidak terpengaruh oran lain,” tegasnya.
Sementara dalam materi Ekspresi Kepemimpinan Sejati, para peserta dalam kelompok diajak untuk menemukan beberapa kriteria atau karakter kepemimpinan sejati, antara lain jujur, adil, disiplin, siap melayani, siap berkorban, setia pada janji, percaya diri, berpegang pada komitmen, peka terhadap situasi dan sesama.
Dari beberapa karakter ini para peserta diberi kesempatan untuk mengekspresikanya melaui gerakan-gerakan yang dikombinasikan dengan lagu-lagu atau yel-yel. Ekspresi kepemimpinan ini merupakan implementasi dari tujuh pedoman kepemimpinan.
Berikutnya adalah Latihan Trik dan Metode. Sebagai bentuk ekspresi kepemimpinan, peserta mengembangkan trik dan metode di hadapan peserta yang lain.
Dalam sesi ini setiap kelompok harus mengedepankan disiplin waktu untuk tampil sekali dan boleh mengulang sekali. Metode ini juga merupakan bagian dari cara menginternalisasi tujuh pedoman kepemimpinan.
Semua metode dan trik yang diterapkan merupakan usaha manusia yang tidak sempurna. Karena itu, Frans mengingatkan, sebagai sebuah organisasi Katolik maka mutlak bermuara kepada peran Ilahi melalui doa dan syukur kepada Allah.
“Inilah yang menjadi kekuatan dalam perwujudan peradaban kasih,” katanya.
Para peserta juga dibekali dengan materi Penghayatan Nilai–Nilai Kebangsaan, di mana mereka diingatkan bahwa Pembina OSIS merupakan warga negara Indonesia yang harus memiliki wawasan kebangsaan.
Untuk memiliki wawasan kebangsaan dilakukan metode memahami, menghayati dan menghargai makna Bendera Merah Putih, sebagai sebuah kebanggaan dan identitas yang diperjuangkan para pahlawan. Disamping itu, para pembina OSIS juga diajak untuk menyelami makna lagi Tanah Airku dan Gugur Bunga.
Pada materi Desain Latihan Dasar Kepemimpinan, diterapkan metode “Jelajah Samudra” di mana setiap kelompok mendapatkan instruksi dari narasumber untuk melaksanakan kegiatan di luar ruangan.
Di sesi inilah saatnya peserta mulai menerapkan atau mempraktikkan langsung beberapa teori kepemimpinan. Peserta juga langsung memahami hakekat seorang pemimpin dengan menanamkan prinsip, nilai, sikap dan perilaku seorang pemimpin sejati, lalu belajar untuk mengimplementasikanya dalam berbagai peristiwa dan dinamika di luar ruangan.
Latihan Dasar Kepemimpinan masih merupakan dasar dan tentu diperlukan metode Latihan Kepemimpinan Lanjutan. Pada tingkat ini diharapkan para peserta memiliki tingkat kedewasaan dan kemandirian yang memadai sebagai seorang pemimpin sejati. Materi dan dinamika latihan juga lebih pada pemecahan kasus (problem solving) dan pengayaan berbagai kompetensi lain yang diperlukan seorang pemimpin sejati.
Bagian terakhir adalah Metode Latihan Kepemimpinan. Peserta mendapat pembekalan lima metode dalam melatih diri sebagai seorang pemimpin sejati, yakni Expression Exercise, Learning Discovery, Problem Solving, Strategy Training dan Proactive Learning. Pemateri secara rinci menjelaskan masing-masing metode dan bagaimana mengimplementasikannya.

OSISKA Wadah Mempersiapkan Pemimpin Masa Depan
Ketua Presidium MNPK, Romo DR. Vinsensius Darmin Mbula, OFM ikut hadir dalam kegiatan ini.
Berbicara di hadapan peserta, ia menekankan bahwa sejalan dengan moto pemerintah yaitu menyiapkan SDM Unggul untuk Indonesia Maju, Tim Kerja Pembina OSIS MNPK memiliki peran untuk mempersiapkan pemimpin masa depan yang memiliki integritas dan mengedepankan perjuangan mewujudkan peradaban kasih.
“Ke depan, harus muncul tokoh-tokoh bangsa kita dari kalangan Katolik yang telah disiapkan melalui gerakan Tim Kerja Pembina OSISKA MNPK. Spiritualitas kepemimpinan yang disiapkan oleh para Pembina OSISKA harus berdasarkan pada ajaran Kristus yaitu prinsip menjadi Gembala yang Baik atau kepemimpinan yang melayani,” katanya.
Ia juga mengingatkan bahwa kaderisasi lewat wadah OSISKA jangan alergi untuk menyiapkan pemimpim-pemimpin di bidang politik.
“Dalam kerangka itu, pertemuan-pertemuan berikutnya bisa diupayakan menghadirkan tokoh-tokoh politik dari kalangan Katolik yang saat ini sedang berkiprah di level nasional,” katanya.
Rangkaian acara diakhiri dengan sesi konsolidasi, di mana peserta diberi dua pertanyaan, yakni apakah TOT ini menjawab pertanyaan sebelumnya dan apa yang akan dilakukan setelah mengikuti TOT ini.
Hampir semua peserta menjawab bahwa TOT ini memberikan jawaban atas kebutuhan di masing-masing unit sekolah tempat berkarya. Atas pertanyaan kedua, masing-masing peserta juga dengan berani dan tegas menyatakan akan menerapkan hasil TOT ini ketika kembali ke dalam komunitas tempat mereka berkarya.