[PARAPAT] Revolusi industri 4.0 merupakan fakta yang harus disikapi oleh Lembaga Pendidikan Katolik (LPK) agar eksistensinya tetap relevan sesuai konteks zaman. Namun, di sisi lain, hal yang juga tidak kalah penting adalah LPK senantiasa berpegang pada nilai-nilai Kristiani yang menjadi dasar sekaligus tujuan misi Gereja di bidang pendidikan.
MNPK dalam kerja sama dengan MPK Keuskupan Agung Medan membahas khusus hal ini dalam kegiatan seminar dan workshop pada 22-25 Mei 2019 di Parapat, dekat Danau Toba, Provinsi Sumatera Utara.
Dikutip dari TOR kegiatan ini, sejumlah poin tujuannya antara lain menambah wawasan tentang revolusi industri 4.0, memahami pedomaan etis-moral Kristiani berhadapan dengan perkembangan teknologi, mencari model pengintegrasian pembelajaran kreatif dan inovatif ke dalam konteks LPK, memahami arah kebijakan pemerintah di bidang pendidikan menghadapi revolusi industri 4.0 dan mendalami konsep pembelajaran yang memicu dan memacu kemampuan berpikir kreatif dan inovatif (computational thinking).
Karena itu, pilihan narasumbernya ditargetkan akan menjawab sejumlah poin tersebut, antara lain Pastor Peter C Aman OFM, Dosen Teologi Moral STF Driyarkara Jakarta, yang membahas tema “Manusia dan Kehidupan di Era 4.0”; Totok Suprayitno, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud dengan tema “Kebijakan Mapel Informatika dalam Kurikulum Nasional” serta Inggriani Liem, Ketua Tim Olimpiade Komputer Indonesia dan Dosen di Institut Teknologi Bandung, yang membahas topik “Computational Thinking dalam Proses Pembelajaran.”
Seminar akan berlangsung pada hari kedua, 23 Mei, setelah dibuka secara resmi dalam Misa sehari sebelumnya oleh Uskup Agung Medan, Mgr Kornelius Sipayung, OFMCap.
Workshop akan mulai digelar pada 23 Mei sore hingga 24 Mei, dengan sejumlah topik, di mana peserta dibagi dalam kelompok, yaitu pengurus yayasan, kepala sekolah serta Guru Informatika SMP dan SMA.
Topik terkait “Tata Kelola Keuangan Yayasan LPK” dipandu oleh Fr Monfort Mere, BHK, “Leadership 4.0” oleh RD Vinsensius Darmin Mbula OFM, “Pembelajaran TIK Versus Informatika” dan “Penyusunan Draf Prosem Informatika” oleh Inggriani Liem serta Sistem Akutansi Keuangan 4.0/E-Finance 4.0 untuk Yayasan LPK oleh Julia Chen.
Rangkaian kegiatan ini akan diselingi dengan sajian budaya khas Batak serta wisata di Danau Toba.
Direspon Antusias
Kegiatan ini direspon antusias oleh LPK-LPK. Hal itu tampak dari jumlah peserta yang membeludak, sehingga panitia terpaksa menutup pendaftaran lebih cepat. Hingga 8 Mei, peserta sudah mencapai 340 orang. Pendaftaran langsung ditutup, lebih cepat dari jadwal batas akhir yang ditetapkan sebelumnya, yakni pada 15 Mei.
Sr Yovita Simamora, SFD, sekertaris panitia menyampaikan permintaan maaf karena tidak bisa lagi menerima peserta lain, yang masih berencana mendaftar. “Menurut kami, 340 orang sudah merupakan jumlah yang sangat besar. Semoga di lain waktu kita bisa menerima peserta lebih banyak lagi,” katanya.
Pastor Joddy Morison Turnip, ketua panitia mengatakan, panitia sangat antusias melaksanakan acara ini, “karena menjadi kesempatan untuk menjamu/melayani saudara-saudari dari seluruh nusantara setelah bertahun-tahun dijamu/dilayani oleh saudara-saudari di tempat lain.” “Kami berharap acara ini berlangsung dengan baik,” katanya.
Ia menjelaskan, panitia sengaja memilih tempat pertemuan di Parapat, yang merupakan kota kecamatan supaya bisa menyegarkan para tamu, memberikan suasana rileks, sekaligus memperkenalkan aset bangsa Danau Toba dengan berbagai budaya dan suku yang ada di sekitar.
Pastor Vinsensius Darmin Mbula OFM, Ketua Presidium MNPK menyatakan, pemilihan MPK Medan sebagai fasilitator kegiatan ini didasari pertimbangan terkait ‘keadilan’ dalam penentuan lokasi kegiatan-kegiatan nasional, setelah sebelumnya kegiatan hari studi dilakukan di ujung timur, Jayapura.
“Saat di Jayapura, saudara-saudari dari wilayah Sumatera banyak yang ikut. Presidium pun berpikir, baik kalau kiranya kegiatan berikut digelar di wilayah bagian barat. Ternyata MPK Medan menyambut baik tawaran ini,” katanya.
Ia pun berharap, kegiatan ini selain akan menjadi ajang bagi LPK untuk menimbah inspirasi baru dari para narasumber serta sharing sesama pengelola sekolah, ini juga menjadi ajang untuk saling menguatkan di antara LPK.
“LPK kita sangat beragam dengan konteksnya masing-masing. Dalam kegiatan seperti ini, yang juga tidak kalah penting adalah adanya upaya untuk saling mendukung,” katanya.
“Dari latar belakang yang beragam kita hendak ikut terlibat membangun Indonesia yang sedang menghadapi tuntutan revolusi industri 4.0, bahkan kini mengarah ke 5.0, sambil tetap terus menegaskan spirit dasar kita berdasarkan nilai-nilai Kristiani,” tambah Pastor Darmin.
Koordinasi intens antara MNPK dan MPK Medan untuk penyelenggaraan acara ini mulai berlangsung sejak 9 Maret, yang ditandai dengan rapat perdana dan pembentukan pantia bersama. Dalam rapat yang digelar di Aula SMA Ignatius Medan, milik Yayasan Seri Amal Medan itu, dari MNPK hadir Sekertaris, Theo Wargito.***
Artikel ini juga dimuat dalam Buletin OASE MNPK Edisi Februari-Mei 2019