BANDUNG – Marwita Magiswara Pusdiklat Santo Aloysius, Bandung, Jawa Barat menyerahkan sertifikat kepada para calon kepala sekolah dan kepala sekolah aktif yang dinyatakan lulus proses pendidikan dan pelatihan (diklat) di lembaga tersebut.
Acara penyerahan sertifikat itu digelar pada Senin, 18 Februari 2019 di Gedung Marwita Magiswara, Bandung, disertai dengan seminar yang menghadirkan pembicara Dr. Inggrianie Liem, Ketua Lembaga Olimpiade Komputer dan Dosen di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Total ada 65 peserta dari 23 yayasan yang mendapat sertifikat, dengan rincian para calon kepala sekolah angkatan ketujuh 22 orang, angkatan kedelapan 21 orang dan 22 lagi adalah para kepala sekolah yang mengikuti program penguatan. Diklat calon kepala sekolah berjalan selama 100 jam, sementara untuk penguatan kepala sekolah adalah 71 jam.
Hadir dalam kesempatan itu Ketua Umum Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) Jawa Barat, Bambang Sutrisno dan para ketua 23 yayasan yang pesertanya mengikuti diklat.
Sherly Iliana, direktur Marwita Magiswara menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada yayasan-yayasan yang telah terlibat, dari ujung barat di Sumatera, hingga Papua.
“Terima kasih atas kepercayaan kepada lembaga kami,” katanya.
Sherly mengatakan, pendidikan merupakan strategi yang tepat dalam melakukan perubahan di segala aspek kehidupan, karena pendidikan merupakan pilar peradaban untuk melahirkan generasi berkualitas.
Ia juga menjelaskan, proses belajar mengajar pada saat ini telah mengalami perubahan yang sangat besar, dibandingkan sepuluh tahun lalu.
“Di sinilah fungsi kepala sekolah dan guru agar setidaknya memiliki kecakapan di era yang sudah berubah ini, apalagi sekarang ini pemahaman dan pengetahuan kita diarahkan pada metode pembelajaran yang sedang tren yaitu computational thinking,” katanya.
Marwita Magiswara yang memiliki arti “tempat hening untuk belajar” sudah berkiprah selama 5 tahun untuk terus melakukan penggemblengan dan penggodokan serta pendampingan kepada para guru dan kepala sekolah melalui berbagai program pelatihan seperti program pelatihan pendidikan inklusif, program pelatihan perkembangan bicara dan bahasa, pelatihan kepala perpustakaan, program pelatihan assesment dan lainnya.
Marwita Magiswara bekerja sama dengan Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk melakukan diklat bagi kepala sekolah.
Karena itu, diklat oleh lembaga ini bersertifikasi resmi dari Kemendikbud, berupa Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP), yang merupakan syarat mutlak untuk memperoleh Nomor Unik Kepala Sekolah (NUKS).
“Kami berharap bahwa apa yang telah ditemukan dan didalami selama proses diklat di tempat ini dapat diterapkan di sekolah masing-masing sehingga sekolah dan kualitas pendidikan semakin maju berkat pendampingan dari bapak ibu yang telah lulus diklat,” kata Sherly.
Sementara itu, Bambang Sutrisno mengatakan, sertifikasi calon kepala sekolah dan penguatan kepala sekolah merupakan program prioritas sekolah-sekolah swasta di Jawa Barat.
“Hal tesebut sudah disampaikan dan didiskusikan kepada bapak Gubernur Jabar, Ridwan Kamil,” katanya.
Ia berharap, Marwita Magiswara terus mendukung program tersebut karena memang sudah menjadi Peraturan Menteri bahwa setiap kepala sekolah harus memiliki sertifikat untuk memperoleh NUKS.
Ia juga menambahkan, semoga Marwita Magiswara tidak hanya melakukan dIklat di Bandung, namun juga ke daerah-daerah lain.
Ferdinando Lase, Kepala Sekolah SMP Santu Paulus Abepura – sekolah milik Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik (YPPK), Keuskupan Jayapura – yang menjadi peserta penguatan kepala sekolah mengatakan, selama diklat mereka ditempa dengan begitu keras oleh master trainer yang berkelas.
“Pelatihan ini menjadi sangat penting bagi setiap kepala sekolah, terlepas dari regulasi pemerintah tentang sertifikasi seorang kepala sekolah,” katanya.

“Namun, pelatihan ini perlu diformulasikan dengan baik agar dapat lebih banyak memberikan kesempatan kepada orang-orang hebat di wilayah timur republik ini, secara khusus di Papua. Biaya yang dikeluarkan untuk mengirimkan peserta pelatihan tidak sedikit, sementara YPPK milik Keuskupan Jayapura merupakan lembaga nonprofit yang lebih berpihak kepada kaum yang lemah,” lanjut Ferdinando yang menjadi kepala sekolah sejak Oktober tahun lalu.
Sementara itu, Uafribin Sianturi, calon kepala sekolah dari SMA Santa Maria Kabanjahe, Sumatera Utara mengatakan, sangat berbahagia diberi kesempatan mengikuti diklat ini.
“Saya mendapat wawasan yang luas dari pertukaran informasi dengan peserta lainnya,” katanya.
Hal yang juga penting, kata dia, peserta diklat mendapatkan pelatihan dan kemampuan kepemimpinan untuk memimpin dan menguasai diri sendiri.

“Diklat ini sangat baik dan positif untuk diikuti oleh calon kepala sekolah, terutama dari Sekolah Katolik dalam menghadapi tuntutan dan tantangan zaman sekarang ini,” katanya.
Berikut adalah yayasan-yayasan yang mengirim calon dan kepala sekolah dalam diklat ini:
- Yayasan Al Barokah – Lamongan Jawa Timur
- Yayasan Ananta Bhakti – Jakarta
- Yayasan Betlehem – Deli Serdang – Sumut
- BPK Penabur Bandung – Jabar
- Yayasan Mardi Widjana Bandung – Jabar
- YPPK Jayapura – Papua
- St. Yoseph Medan – Sumut
- Yayasan Putri Hati Kudus Pematang Siantar – SUmut
- Yayasan Salib Suci Bandung – Jabar
- Yayasan Setia Medan
- Yayasan Widya Bakti Bandung – Jabar
- Yayasan Seri Amal Medan – Sumut
- Yayasan Pelananan Ketapang – Kalbar
- Yayasan St. Lourensius Pematang Siantar – Sumut
- Yayasan St. Maria Abdi Kristus – Semarang
- Yayasan St. Yakobus Kelapa Gading – Jakarta
- Yayasan Catur Tunggal Garut – Jabar
- Yayasan Pendidikan Nasiolan Bandung – Jabar
- Yayasan Persatuan Guru Islam Indoensia Bandung – Jabar
- Yayasan Sekolah Bruder Pontianak – Kalbar
- Yayasan Penyelenggara Ilahi Bandung – Jabar
- Yayasan St. Dominikus CImahi – Jabar
- Yayasan Xaverius Palembang – Sumsel
Laporan: Theo Wargito, Editor: Rian
maaf saya Sayu dari sekolah stella mundi denpasar, saya mau bertanya apakah diklat ini diadakan didenpasar juga??