• Profil
  • Struktur Organisasi
  • Bidang
  • Pengurus Periode 2020-2023
  • Hubungi Kami
Friday, January 22, 2021
No Result
View All Result
  • MNPK
  • MPK
  • Opini
  • Galeri
  • Oase MNPK
MNPK
No Result
View All Result
Home MNPK

MNPK dan Kemendikbud Gelar Lokakarya Pendidikan Multikultur dan Tradisi Lisan

05/04/2018
0

Pastor Vinsensius Darmin Mbula OFM, Ketua Presidium MNPK menyerahkan cinderamata kepada Maryana (kiri) dari Direktoral Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kemendikbud yang telah memaparkan materi dalam lokakarya tentang pendidikan multikultur dan tradisi lisan pada Selasa, 3 April 2018, yang digelar di SMA Katolik Rajawali, Makassar. (Foto: dok. MNPK)

0
SHARES
Share on FacebookShare on Twitter

Majelis Nasional Pendidikan Katolik (MNPK) bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) serta Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menggelar lokakarya tentang pendidikan multikultur dan tradisi lisan pada Selasa, 3 April 2018.

Acara yang digelar di SMA Katolik Rajawali, Makassar itu dihadiri 130 peserta, yakni para guru PAUD dari berbagai sekolah di kota Makassar.

Pastor Vinsensius Darmin Mbula OFM, Ketua Presidium MNPK yang membuka kegiatan ini mengatakan, ini merupakan bagian dari komitmen MNPK mendukung program pemerintah terkait penguatan pendidikan karakter, yang di dalamnya juga termasuk pendidikan multikultur.

“Pilihan untuk menyasar guru-guru PAUD didasari pertimbangan bahwa merekalah yang menjadi salah satu peletak dasar dalam mewariskan nilai-nilai kepada generasi penerus kita, agar menjadi generasi yang cemerlang, inklusif dan berakhlak mulia,” katanya.

Ia menjelaskan, situasi Indonesia akhir-akhir ini, yang dipenuhi dengan aksi saling benci, menjamurnya hoaks, ujaran kebencian, serta menguatnya primordialisme dan ekstremisme menjadi keperihatinan dunia pendidikan, termasuk MNPK.

“Kami bekomitmen untuk terlibat aktif menyikapi hal ini. Keterlibatan peserta dalam kegiatan lokakarya ini, yang tidak hanya dari PAUD milik Katolik, tetapi juga dari Islam adalah juga bagian dari komitmen untuk membagi spirit penguatan pendidikan karakter ke beragam kalangan,” katanya.

Sementara itu, Yulianto, perwakilan dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menyatakan, PAUD adalah tempat “membangun jiwa” untuk menjadi orang Indonesia.

“PAUD adalah tempat menanamkan jiwa nasionalisme dan menghormati perbedaan. Upaya pengembangannya menjadi tanggung jawab kita semua,” katanya.

Ia pun berharap, hasil dari lokakarya ini berimplikasi jauh terhadap terbentuknya masyarakat yang “bisa menerima kelompok lain, tanpa peduli etnik dan gendernya.”

Perhatian untuk PAUD

Maryana, dari Direktoral Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kemendikbud yang menjadi narasumber dalam kegiatan ini menyatakan, Indonesia saat ini memiliki 33 juta anak berusia 0-6 tahun.

“Tantangan kita, bagaimana menyiapkan mereka ini menjadi generasi emas di kemudian hari,” katanya.

PAUD, kata dia, menjadi penting karena di usia PAUD, anak-anak “berada dalam masa pengembangan seluruh potensi emas mereka.”

“PAUD juga genting dalam arti waktu yang tersedia sangat pendek, yaitu enam tahun tetapi sangat menentukan perkembangan mereka selanjutnya,” katanya.

Selain pendidikan formal, kata dia, pemerintah saat ini, sebagaimana selalu ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo, juga oleh Menteri Muhadjir Effendy menitikberatkan pendidikan karakter, termasuk di level PAUD.

“Pendidikan formal yang bertujuan meningkatkan intelijensi mesti disertai dengan pendidikan karakter atau budi pekerti,” katanya.

Pendidikan karakter itu, jelasnya, tertuju pada pembentukan pribadi yang toleran, terbuka, menghargai perbedaan, menerima koreksi dan mampu beradaptasi dengan semua pihak dan budaya.

Kepada guru-guru PAUD, ia menegaskan, menanamkan nilai-nilai itu adalah tugas mereka.

Ia menekankan, mengajarkan nilai-nilai demikian mesti dengan cara yang mudah dipahami anak-anak.

“Misalnya, mengangkat kearifan-kearifan lokal, disampaikan dengan menggunakan bahasa daerah, juga memanfaatkan permainan yang ada di daerah masing-masing,” katanya.

Ia menjelaskan, karena pentingnya peran PAUD, Kemendikbud terus mengupayakan tercapainya delapan standar PAUD berkualitas, termasuk di dalamnya terkait lembaganya, pendidik, kurikulum, sistem evaluasi peserta didik, standar biaya dan pengelolaan.

“Kemendikbud berupaya memfasilitasi hal-hal itu, termasuk dengan lokakarya seperti ini, juga dukungan pendanaan,” katanya.

Belajar dari Karaeng Pattingalloang

Menyadari pentingnya mempelajari warisan pendidikan multikultur dari kekayaan sejarah Indonesia, dalam acara ini juga ditampilkan film dokumenter tentang Karaeng Pattingalloang, intelektual dari Kerajaaan Tallo, yang dikenal sebagai “Tokoh Renaissanse dari Timur,” yang hidup pada abada ke-17.

Film ini disponsori oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Selatan dan Asosiasi Tradisi Lisan.

Mukhlis Paeni, narasumber dalam film ini yang juga Ketua Lembaga Sensor Film Indonesia mengatakan, Karaeng Pattingalloang adalah sosok pemimpin yang memiliki kesadaran multikulutral, hal yang ia hidupi melalui proses belajar, menyikapi realitas beragamanya suku dan etnik di Makassar pada zamannya, yang menjadi kota pelabuhan internasional.

Dari situasi itu, kata dia, melalui proses belajar, baik dari keluarganya, maupun dari upayanya sendiri, yang dibuktikan dengan koleksi 15 ribu buku dan menguasai delapan bahasa asing, Karaeng Pattingalloang, sampai pada kesadaran multikultural, yakni memandang bahwa “semua orang yang berbeda-beda  pada dasarnya memiliki hak yang sama.”

“Misalnya bagaimana ia menentang permintaan Belanda agar hanya mereka yang boleh berdagang di Sulawesi. Ia saat itu menyadari pentingnya kebebasan, melawan arogansi kolonial dan menyatakan, orang yang berjuang mengarungi lautan, memiliki hak yang sama,” katanya.

Ia menjelaskan, untuk konteks saat ini, menghidupi kesadaran multikultural ini adalah pekerjaan yang belum selesai.

“Itu masih jauh, sangat jauh. Karena itu, peran pendidik, termasuk guru-guru PAUD sangatlah penting,” katanya.

Belajar dari warisan tradisi, jelas dia, adalah salah satu pilihan. “Pemahanan tentang multikulturalisme seperti itu pada dasarnya sudah ada di abad ke-17 di negeri ini. Hanya saja, lama kelamaan dilupakan,” katanya.

“Mari kita menghidupinya kembali,” ungkapnya.

Sementara itu, Pudentia MPSS, dosen Universitas Indonesia, yang juga Ketua Asosiasi Tradisi Lisan mengatakan, Karaeng Pattingaloang hanyalah salah satu contoh dari tokoh-tokoh di masa lalu, yang mewariskan nilai-nilai yang dibutuhkan saat ini.

“Kita ini sangat kaya dari segi warisan kultur, hanya saja upaya mengarusutamakan itu dalam pendidikan masih belum menjadi pilihan,” katanya.

Padahal, di level internasional, seperti di UNESCO (The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organisation) misalnya, Indonesia diakui sebagai negara dengan warisan kultur yang tidak tertandingi.

“Melalui kegiatan ini, semoga upaya kita untuk belajar dari kekayaan itu, yang perlu diteruskan kepada generasi penerus, termasuk PAUD, diharapkan bisa mendukung tercapainya harapan pemerintah, untuk membentuk manusia yang berkarakter dan berbudaya Indonesia,” katanya.

Previous Post

MNPK Fasilitasi Pelatihan Guru PAUD di MPK Manado

Next Post

Rembug Nasional tentang Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

Related Posts

MNPK Terbitkan Protokol Tatanan Normal Baru Bagi Sekolah Katolik

09/06/2020

KWI Beri Masukan Kepada DPR RI Perihal Pembelajaran Jarak Jauh di Tengah Pandemi Covid-19

08/04/2020

Sikap MNPK Terkait Pandemi COVID-19

24/03/2020

Romo Darmin Mbula, OFM Kembali Terpilih Sebagai Ketua Presidium MNPK

28/02/2020

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Profil
  • Struktur Organisasi
  • Bidang
  • Pengurus Periode 2020-2023
  • Hubungi Kami
Telepon: + 6221-31922082

© 2019 MNPK - Alamat: Gedung KWI Lt. 2, Jl. Cikini 2 No. 10, RT 12/RW 05, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat

No Result
View All Result
  • MNPK
  • MPK
  • Opini
  • Galeri
  • Oase MNPK

© 2019 MNPK - Alamat: Gedung KWI Lt. 2, Jl. Cikini 2 No. 10, RT 12/RW 05, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat