Mnpkindonesia.org – TK, SD dan SMP Fransiskus di Kampung Ambon, Jakarta Timur mengisi perayaan syukur 50 tahun dengan berbagai kegiatan, termasuk gerakan literasi.
Acara yang digagas dalam bentuk pameran buku ini berlangsung pada Jumat, 13 Oktober 2017 di Aula SMP Fransiskus.
Selain para peserta didik, orangtua dan pengurus sekolah-sekolah di bawah yayasan, acara ini juga dihadiri oleh pengawas SMP, SD, TK; ketua gugus wilayah binaan 7 Kecamatan Pulo Gadung serta Ketua Alumni Fransiskus Kayu Putih.
Sekolah-sekolah milik Kongregasi Fransiskanes Santo Gregorius Martir (FSGM) itu berada di bawah naungan Yayasan Dwibakti Bandar Lampung.
Sr Franceline FSGM, Wakil Ketua Yayasan Dwibakti Bandar Lampung untuk wilayah Jakarta mengatakan, gerakan literasi ini sejalan dengan program pemerintah dalam membangun budaya karakter bangsa, di mana salah satunya adalah gemar membaca.
“Dengan karakter gemar membaca berarti menyediakan waktu untuk membaca berbagai buku bacaan yang bermakna dan mengandung nilai-nilai positif untuk perkembangan pribadi masing masing,” katanya.
Saida Edib Hanum, pengawas Paket SMP Santo Fransiskus II Kayu Putih menekankan bahwa kegiatan ini merespon keperihatinan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait fakta kurangnya minat baca.
“Kuncinya memang membudayakan gemar baca. Dengan program ini semoga benar-benar tercipta lingkungan yang gemar membaca,” katanya.
Sembilan penerbit mengambil bagian dalam pameran ini.
Penerbit Kanisius berusaha menarik peminat dengan slogan mereka, “ambil buku yang dia mau dan bayar suka-suka.“ Sengaja tidak mematok harga, setiap buku yang ditawarkan dibayar sesuai kemampuan, selaras hati nurani.

Terlibat pula Penerbit Gramedia yang menawarkan buku murah. Dua penerbit lain, yakni Suara Harapan Bangsa dan Yayasan Komunikasi sama-sama menawarkan buku-buku rohani.
Penerbit Erlangga menawarkan khusus buku pelajaran dan ceritera, sementara Penerbit CIA khusus memasarkan majalah untuk anak-anak tingkat Sekolah Dasar (SD).
Untuk buku-buku tema umum ditawarkan oleh Penerbit Karunia Mandiri dan Pustaka Media.
Pastor Vinsensius Darmin Mbula OFM, Ketua Presidium Majelis Nasional Pendidikan Katolik (MNPK) yang hadir dalam acara ini mengatakan, pameran ini menjadi kesempatan yang pas mengajak warga sekolah untuk mencintai buku.
“Membaca buku berarti mengasah nalar berpikir tingkat tinggi untuk kemudian kritis menyikapi banyak fenomena di tengah masyarakat kita, termasuk menghindari radikalisme dan lain-lain,” katanya.
Ia menambahkan, dengan memahami, merefleksikan dan mengevaluasi apa yang dibaca, kita pun akan mampu mengolah otak, hati dan rasa.
“Gerakan literasi sekolah ini juga sejalan dengan gerakan MNPK, yakni Guru Berkualitas, Buku Bermutu: Siapa yang Membaca, Dia yang Memimpin,” ungkapnya.
Untuk Indonesia Timur
Sr Franceline mengatakan, sebagai bagian dari komitmen agar acara seperti ini berdampak sosial, mereka menginisiasi upaya konkret, yakni menyumbang buku, melalui “Gerakan 1 Buku Untuk Indonesia Timur.”
“Kami mengumpulkan satu buku dari masing-masing murid yang akan disumbangkan untuk teman teman kita di Indonesia Timur,” katanya, sambil menambahkan, sumbangan ini akan disalurkan melalui MNPK.

Dalam buku yang dikumpulkan, kata dia, dicantumkan biodata peserta didik.
“Ini untuk menambah persaudaraan dengan teman-teman dan saudara-saudari kita di Indonesia bagian timur,” ungkapnya.
Rangkaian Acara
Pak Yanto, guru pelajaran SD Fransiskus yang menjadi ketua panitia rangkaian acara menjelaskan, tidak hanya gerakan literasi, perayaan 50 tahun ini juga diisi dengan pelatihan jurnalistik untuk kelas lima sampai sembilan.
Ada juga lomba literasi berupa lomba ceritera. Untuk TK, diadakan lomba lempar bola keranjang dan mengelompokkan bola sesuai dengan warna.
Pihak yayasan juga memberi tempat bagi partisipasi orangtua murid.
“Salah satunya adalah mengikuti seminar yang membahas tentang bagaimana menjadi orangtua yang hebat dalam era gadget sekarang ini,” kata Yanto.

Orang tua, kata dia, perlu melatih anak agar secara bijak menggunakan teknologi komunikasi, sehingga tidak mengganggu pertumbuhan dan pendidikan mereka.
Integrasi Penguatan Pendidikan Karakter
Bagi Yayasan Dwibakti, pendidikan karakter, termasuk literasi, sudah diintegrasikan dalam sistem pendidikan sehari-hari.
Sr Franceline menjelaskan, penanaman karakter diarahkan untuk menjadi pribadi unggul dalam semangat persaudaraan sebagaimana teladan St Fransiskus Assisi.
Pak Yanto menambahkan, kegiatan penguatan pendidikan karakter itu diatur selaras dengan hari-hari sekolah.
Untuk Hari Senin, menurut dia, adalah tema nasionalisme lewat upacara bendera. Sementara Hari Selasa, adalah tema religius, di mana ada kegiatan membaca Alkitab untuk murid beragam Kristen dan Al Quran untuk Muslim.
Hari Rabu, fokus pada tema gotong royong, dengan mengambil inspirasi dari cerita-cerita rakyat. Sementara Hari Kamis, terkait dengan integritas, di mana di dalamnya termasuk program pegerjaan majalah serta Hari Jumat yang diisi dengan olahraga.
Bagus, selamat pesta ya, kegiatannya memberikan inspirasi bagi kami.
Bagus banget. Hebat tujuannya. Selamat ya.