Para pengurus Majelis Nasional Pendidikan Katolik (MNPK) mendapat kesempatan istimewa bertemu dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy pada Rabu, 9 Agustus 2017.
Dalam pertemuan yang berlangsung di kantor Kemendikbud itu, dari MNPK hadir Ketua Presidium Pastor Vinsensius Darmin Mbula OFM, Sekertaris Theo Wargito, Bendahara Roy Jusuf serta pegiat pendidikan Indra Charismiadji.
Pertemuan selama kurang lebih satu jam itu berlangsung dalam suasana santai.
Pastor Darmin yang menyampaikan maksud audiensi itu menjelaskan, seharusnya semua presidium MNPK hadir dalam silahturahmi itu, yang sudah direncankan sebulan yang lalu.
“Namun, berhubung jawaban dari Pak Menteri yang sangat mendadak yaitu semalam pukul 19.00 WIB dan harus bertemu pagi ini pukul 10.00 maka anggota presidium tidak sempat hadir semua,” katanya.
Mendikbud, yang mengaku cukup sering mengunjungi sekolah Katolik dan mengenal banyak kalangan Katolik yang bergerak di bidang pendidikan menyatakan terima kasih atas kunjungan MNPK, yang ia sebut sebagai momen untuk mengenal lebih dekat lembaga-lembaga pendidikan Katolik.
Dalam pemaparannya, Pastor Darmin menjelaskan bahwa MNPK mengoordinasi MPK di 37 Keuskupan seluruh Indonesia, dengan yayasan yang mencapai 600.
Ia juga menegaskan komitmen Lembaga Pendidikan Katolik dalam konteks mendukung upaya mencerdaskan bangsa, dengan bingkai keindonesian.
“Untuk itu MNPK terus berjuang bersama pemerintah sekarang ini dalam rangka mengembalikan hakekat dan jati diri pendidikan, yaitu memanusiakan manusia Indonesia agar semakin bersaudara, berbudaya dan berkeadaban publik,” katanya.
Ia lebih jauh menjelaskan misi MNPK yang mau membentuk manusia Indonesia yang cerdas dan berkarakter dengan mendesain kurikulum Katolik dalam konteks Kurikulum Nasional.
Kurikulum itu, kata dia, berbasis pada pendidikan pedagogi aksi, reflektif, kritis, berpusat pada peserta didik (cura personalis), contextual learning; colaboratif learning; multiple intelligence dan kolektif inteligence, berbasis pada sistem pembelajaran computational thinking dan sejumlah konsep lain.
Di samping itu, ia menjelaskan sejumlah persoalan konkret yang dihadapi sekolah-sekolah Katolik saat ini.
Beberapa yang dipaparkan, antara lain, terkait kebijakan pemerintah pusat yang kadang kala tidak konsisten dengan peraturan daerah yang membuat eksitensi sekolah katolik terancam.
“Sejumlah kebijakan termasuk terkait penarikan guru PNS dari sekolah-sekolah swasta, termasuk sekolah Katolik,” katanya.
Hal lain, adalah distribusi bantuan pemerintah yang dianggap lebih mengutamakan sekolah-sekolah negeri.
Pastor Darmin juga memamparkan kebijakan soal jadwal Ujian Nasional, yang menurut dia, menyulitkan bagi sekolah Katolik karena kerap jatuh pada saat Pekan Suci.
Menanggapi hal itu, Menteri Muhadjir mengatakan, akan memberi perhatian, dengan menekankan prinsip bahwa sekolah-sekolah swasta, termasuk sekolah Katolik tentu tidak dinomorduakan oleh pemerintah.
Soal penetapan waktu UN agar tidak jatuh pada Pekan Suci, misalnya, menurut dia, tinggal mengirimkan surat ke Kemendikbud, agar bisa diatur waktunya yang paling pas.
Ia menekankan, sejumlah tantangan memang masih terus menjadi fokusnya ke depan, termasuk terkait masalah guru, terutama karena ada tumpang tindih urusan dengan kementerian lain, yakni Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB).
Di samping itu, kata dia, pemerintah saat ini fokus pada pendidikan karakter. Terkait hal ini, ia mengatakan, juga hendak menimbah inspirasi dari kalangan Katolik.
Fokus lain, kata dia, tahun depan anggaran akan banyak digunakan untuk pengembangan SDM, bukan infrastruktur lagi.
Dalam pertemuan itu, Menteri Muhadjir mengatakan, sangat ingin mengunjungi kantor MNPK.
“Saya rindu dan ingin mendengar banyak hal lagi dari kalangan Katolik,” katanya.
Pastor Darmin menyatakan menyambut baik keinginan itu dan mengaku akan sangat senang jika Mendikbud berkesempatan mendatangi kantor MNPK.
Theo Wargito, sekertaris MNPK juga sempat menawarkan Menteri Muhadjir untuk menyempatkan waktu menghadiri Pertemuan Nasional MNPK di Malang pada Oktober mendatang.
Menteri memberi sinyal akan memenuhi undangan itu dan menyatakan tetap butuh kordinasi lebih lanjut, sehingga bisa diagendakan secara resmi.
“Boleh sekalian pulang kampung,” katanya dengan bercanda.
Pertemuan itu diakhiri dengan foto-foto bersama.

Roy Yusuf, bendahara MNPK berkomentar, sangat menikmati dialog dengan Menteri Muhadjir.
“Suasana yang santai, juga Pak Menteri yang rileks membuat kita bisa berbicara dengan enak,” katanya.
Pastor Darmin menjelaskan, pertemuan hari ini, tentu menjadi awal bagi perjumpaan-perjumpaan berikut dengan Mendikbud.
“Target kita adalah selalu bisa mengkomunikasikan secara langsung situasi yang dihadapi sekolah-sekolah Katolik kepada Menteri, termasuk persoalan-persoalan rill di lapangan,” katanya.
Ia menambahkan, MNPK juga akan selalu terbuka untuk berkontribusi sesuai kapasitasnya, dalam mendukung program-program pemerintah.