• Profil
  • Struktur Organisasi
  • Bidang
  • Pengurus Periode 2020-2023
  • Hubungi Kami
Sunday, April 11, 2021
No Result
View All Result
  • MNPK
  • MPK
  • Opini
  • Galeri
  • Oase MNPK
MNPK
No Result
View All Result
Home Opini

Mengembalikan Kejayaan Sekolah Katolik

07/04/2017
0
30
SHARES
Share on FacebookShare on Twitter

Tiga puluh tahun lalu, sekolah-sekolah Katolik terkenal unggul dalam segala hal. Ia juga menjadi sekolah pilihan masyarakat. Akhir-akhir ini, ada kecenderungan se kolah-sekolah Katolik mengalami kekurangan murid, artinya masyarakat beralih memilih sekolah lain. Tentu masih ada beberapa sekolah Katolik yang masih tetap menjadi pilihan masyarakat, namun jumlahnya makin menurun. Bagaimana membantu sekolah-sekolah Katolik agar bisa kembali unggul?

Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat mengalami perubahan. Generasi juga berubah, generasi Baby Boomer (1946-1964) dan Generasi X (1965-1980) di gantikan Generasi Y (1981-1994), dan Generasi Z (1995-2010), dan sekarang sedang menyusul Generasi Alpha (2011-2025). Bila 30 tahun yang lalu, para guru bisa mendidik dengan metode tradisional, mendisiplinkan anak didik dengan hukuman sehingga anak mengerjakan PR; atau memanggil orangtua bila anak bermasalah di sekolah; ternyata cara-cara itu sudah tak efektif lagi.

Orangtua zaman modern ini sangat sibuk sepanjang hari, tak sempat mengawasi dan memperhatikan cara belajar anak di rumah. Untuk membantu anak, banyak orangtua memanggil guru privat ke rumah atau anak diikutsertakan program Bimbingan Belajar (Bim bel). Tentu saja ini membantu anak meningkatkan pengetahuan, tapi perilaku, sikap, dan karakter anak tetap tak tersentuh.

Sepuluh tahun terakhir, mulai bermunculan sekolah-sekolah plus atau sekolah dengan label internasional yang menawarkan gaya mendidik dengan metode pembelajaran yang lebih interaktif, menggunakan fasilitas on line dan tools digital. Anak-anak tidak membutuhkan les privat, anak dibimbing mengerjakan PR dan tugas proyek oleh guru-guru di sekolah. Orangtua dengan ekonomi berkecukupan,  yang dulu loyal kepada sekolah-sekolah Katolik, beralih memilih sekolah-sekolah seperti ini. Tambah lagi, pemerintah juga melancarkan program pendidikan gratis. Tambah satu pukulan berat bagi sekolah swasta, termasuk sekolah Katolik yang mutunya tak jauh beda dengan sekolah negeri.

Akibatnya, beberapa sekolah Katolik mulai mengalami kekurangan murid, bahkan sebagian berakhir memprihatinkan, harus gulung tikar alias tutup. Menghadapi kenyataan pahit ini, beberapa pimpinan menghibur diri dengan mengatakan, “Misi kami sudah selesai, karena pemerintah sudah mampu menyelenggarakan pendidikan bagi masyarakat. Saatnya kami mengundurkan diri. Biarlah pemerintah yang mengambil alih.”

Namun muncul juga kekuatan baru dari sekolah-sekolah swasta yang dikelola dengan manajemen modern, yang ternyata mampu bertahan, bahkan menjadi sekolah favorit, misal sekolah-sekolah yang dikelola Binus, Pelita Harapan, Penabur, Pahoa,Al Azhar, Tunas Bangsa, dan sekolah-sekolah privat lain. Para pengelola sekolah ini menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Mereka  menerapkan manajemen modern dalam mengelola sekolah. Hasilnya, sekolah-sekolah ini mampu bertahan dan menjadi sekolah pilihan papan atas.

Apa yang perlu kita lakukan untuk membantu mengembalikan kejayaan dan keunggulan sekolah Katolik? Pertama, memperbaiki manajemen sekolah Katolik. Pimpinan dan staf yayasan mesti menyesuaikan diri dengan perubahan dan menerapkan Total Quality Management (TQM) di bidang pendidikan. Tentu saja hal ini menuntut manajemen yayasan berubah total.

Kedua, sekolah Katolik yang berada di satu keuskupan perlu bergandengan tangan, membangun Learning Center, di mana setiap guru mengikuti training profesional. Hanya dengan pembinaan terus-menerus, mutu profesional guru dapat di tingkatkan.  Ketiga, para kepala sekolah perlu dimampukan untuk menjadi “coach” bagi guru-guru. Mereka perlu menguasai kompetensi “The leader as a coach”. Karena kepala sekolah yang akhirnya menggerakkan setiap guru yang telah mengikuti pelatihan agar semakin profesional. Semoga ketiga langkah sederhana ini bisa dilakukan untuk mengembalikan kejayaan sekolah Katolik.

Fidelis Waruwu

Sumber Tulisan: Majalah HIDUP Edisi 39 Tahun 2016, Terbit pada Minggu: 25 September 2016

Tags: sekolah Katolik
Previous Post

Lebih dari 20 Tahun, Sekolah Katolik di Indonesia Ini Kerja Sama dengan Sekolah di Australia

Next Post

Menteri Agama Resmikan Sekolah Tinggi Negeri Katolik Pertama di Indonesia

Related Posts

Rekonfirmasi Pendidikan Katolik

28/05/2019

Manusia Pembelajar

21/05/2019

Mempersiapkan Generasi Emas Indonesia

25/03/2019

Pembangunan Manusia: Perbaiki Mutu Guru

05/03/2019

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Profil
  • Struktur Organisasi
  • Bidang
  • Pengurus Periode 2020-2023
  • Hubungi Kami
Telepon: + 6221-31922082

© 2019 MNPK - Alamat: Gedung KWI Lt. 2, Jl. Cikini 2 No. 10, RT 12/RW 05, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat

No Result
View All Result
  • MNPK
  • MPK
  • Opini
  • Galeri
  • Oase MNPK

© 2019 MNPK - Alamat: Gedung KWI Lt. 2, Jl. Cikini 2 No. 10, RT 12/RW 05, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat