Agats, Mnpkindonesia.org – Komisi Pendidikan (Komdik) dan Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik (YPPK) untuk Regio Papua menggelar rapat koordinasi (rakor) di Agats pada Selasa-Kamis, 21-23 Februari 2017.
Hadir dalam acara itu, Vincent Ohoitimur, Koordinator YPPK Regio Papua; Romo Inosentius Rettobjaan, yang mewakili Uskup Agats-Asmat, Mgr Aloysius Murwito OFM; Donatus Tamot, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Asmat; serta perwakilan dari lembaga pendidikan Katolik.
Vincent Ohoitimur mengatakan, rakor itu bertujuan untuk saling berbagi informasi, baik di antara anggota YPPK, pihak pemerintah dan hirarki Gereja.
Ia menegaskan, YPPK tidak dapat berjalan tanpa hirarki gereja, di mana ia menyebut hirarki senbagai “pendiri, pembina, pemilik juga pendukung sehingga YPPK dapat berjalan.”
Oleh karena itu, jelasnya, kehadiran Uskup Agats-Asmat, yang diwakili oleh Romo Inocentius dan kehadiran langsung uskup pada pertemuan-pertemuan YPPK sebelumnya mendorong mereka untuk meningkatkan kinerja.
Ia juga menekankan bahwa YPPK mesti membangun jejaring dengan semua pihak, terutama dengan pemerintah untuk menjadi mitra dan penghubung utama dalam membangun pendidikan.
Ia menambahkan, hal yang menjadi catatan bagi YPPK ke depan adalah terkait anak-anak katolik yang bersekolah di sekolah non Katolik.
“Jika mereka bersekolah di sekolah YAPIS atau YPPGI maka mereka akan mengikuti pelajaran Agama Islam atau Protestan,” katanya.
“Akan lebih aman jika mereka bersekolah di sekolah negeri karena pemerintah berkewajiban menghadirkan seorang guru Agama Katolik,” lanjutnya.
Kepada Dinas Pendidikan, Vincent menyatakan, mengapresiasi karena memberikan perhatian dan kontribusi dengan dana bagi akreditasi dunia pendidikan di Asmat.
“Semoga ke depan, hal ini dipertahankan. Mudah-mudahan tahun ini pun ada tambahan untuk akreditasi. Hal ini penting karena sebagaimana disampaikan oleh Menteri Pendidikan, akreditasi merupakan standar dan syarat mutlak untuk menyelenggarakan ujian nasional,” katanya.
Sementara itu, Romo Inosentius Rettobjaan menyampaikan terima kasih kepada pemerintah provinsi dan secara khusus pemerintah kabupaten asmat.
“Di tengah situasi pendidikan kita yang mati segan, hidup tak mau, sekolah-sekolah Katolik tetap eksis karena kontribusi signifikan pemerintah daerah,” katanya.
Ia menjelaskan, Mgr Murwito berharap rakor itu bisa menjadi kesempatan untuk saling berbagai pengalaman.
“Pengalaman sukses di Keuskupan lain disharingkan, ditularkan, dibagikan satu sama lain sehingga belajar dari rekan-rekan sendiri,” katanya.
Selain pengalaman kesuksesan, kata dia, diharapkan juga disharingkan tantangan yang dihadapi, “sehingga kita saling menguatkan dan membantu untuk lebih sukses tetapi juga untuk mengantisipasi tantangan dan situasi pendidikan.”
Ia menambahkan, Mgr Murwito juga berharap, lewat YPPK, konektivitas dibangun dan dipererat, karena, jelasnya “kita tidak tinggal sendiri tetapi saling men-support dan berbagi satu sama lain.”
“Uskup juga mengharapkan Komdik dan YPPK berpikir tentang strategi-strategi baru untuk memajukan pendidikan di Papua karena tuntutan pendidikan semakin tinggi dan kompetitif,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Donatus Tamot mengatakan, pihaknya selalu berbicara tentang perkembangan dunia pendidikan dengan Komdik Keuskupan Agats-Asmat.
“Akan tetapi, kami bicara bukan pertama-tama karena saya orang Katolik tetapi karena kita ini mitra sehingga mesti bekerja sama,” katanya.
“Selain itu kita mesti belajar dari YAPIS karena kini mereka telah lebih maju daripada kita. Padahal, mereka belajar dari kita. Maka amatlah penting kita mendukung anak-anak kita karena merekalah kader kita di masa depan,”
Saat ini YPPK di tanah Papua mempunyai 500 sekolah, di mana 386 di antaranya berada di Provinsi Papua dan 114 di Provinsi Papua Barat.
Sementara itu, peserta didik berjumlah 93.000 ribu, di mana 60% peserta adalah anak-anak Papua dan sisanya 40% adalah anak-anak non Papua.
Laporan Mathias Wiran, sekertaris YPPK FA